Contoh Best Practice PKP Mapel IPS
Best Practice Mapel IPS – Best practice adalah sebuah tugas akhir yang diberikan untuk peserta diklat PKP berbasis zonasi, untuk SD ataupun SMP laporan ini harus disusun sesuai dengan sistematika penulisan pada junkis PKP 2022.
Supaya lebih mudah dalam menyusun laporan ini maka seorang guru mapel pastinya akan membutuhkan format dan contoh best practice PKP untuk dijadikan sebagai referensinya. Laporan best practice ini harus dibuat dalam 2 versi, yaitu soft copy dan hard copy. Soft copy atau file nantinya akan diunggah sebagai tagiah portofolio pada lms PKP, sedangkan hard copy atau print out dibuat berupa makalah dan dilaporkan kepada guru inti.
Bagi Bapak/Ibu guru yang sekarang ini sedang membutuhkan contoh best pratice PKP mapel IPS 2020 / 2021 untuk dijadikan sebagai sebagai referensi, silahkan Anda lihat dan unduh pada artikel berikut ini.
Baca juga: Best Practice PKP Matematika
Contoh Best Practice PKP Mapel IPS
Contoh best pratice PKP yang kami bagikan kali ini adalah mapel IPS untuk SMP tahun 2020/2021. Untuk mapel yang lainnya seperti IPS, PPKn, Bahasa Indonesia, Agama, Matematika, dan Bahasa Indonesia akan kami berikan pada artikel selanjutnya. Untuk lebih jelasnya silahkan langsung saja simak contoh laporan best practice PKP ini.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan best practice dengan judul “Proses Pembelajaran Hots Melalui Program PKP Materi Perubahan Sosial Budaya dan Globalisasi Kelas IX Dengan Model Discovery Learning Di SMPN 3 Purbalingga”.
Melalui laporan best practice ini, penulis akan membagikan pengalaman saat melakukan proses pembelajaran IPS di sekolah. Pada best practice ini, penulis juga akan menjelaskan mengenai langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran IPS yang menyenangkan, menghidupkan suasanan kelas, sehingga pembelajaran yang dilakukan dalam kelas tidak akan terasa membosankan.
Penyusunan best practice ini dapat terselesaikan tentunya dengan adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis secara langsung ataupun tidak langsung selama proses penyusunan best practice ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam pembuatan laporan best practice ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sehingga bisa menjadikan penulis untuk lebih baik lagi, dan demi kesempurnaan penyusunan laporan best practice selanjutnya.
BAB 1
PENDAHULUAN
Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) mengarahkan peserta didik supaya menjadi seorang warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Nilai-nilai penting ini harus selalu ditanamkan pada peserta didik, baik saat duduk di bangku sekolah dasar (SD) ataupun sekolah menengah pertama (SMP). Namun sebaiknya ditanamkan saat mulai memasuki usian remaja, yaitu berusia mulai dari 15 sampai 21 tahun atau kelas VIII SMP hingga universitas semester awal. Kelas VIII SMP merupakan usia yang dianggap paling tepat untuk mewakili usia remaja awal dalam memperoleh bekal nilai-nilai tanggung jawab terhadap hak dan kewajiban sebagai seorang warga negara yang mematuhi hukum dan peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah.
Penyusunan mata pelajaran IPS dilakukan secara sistematis, komprehensif, dan terpadu saat proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bersmasyarakat. Pada implementasinya, tujuan utama mata pelajaran IPS bisa didapat dengan optimalisasi semua komponen pembelajaran seperti tujuan pembelajaran, peserta didik, pendidik atau guru, materi dan media pembelajaran, strategi, sumber belajar, dan evaluasi. Komponen-komponen dalam pembelajaran ini saling berkaitan dan dapat memberikan pengaruh antar satu sama lain sehingga biasa disebut dengan sistem.
Komponen pembelajaran sudah pasti harus meliputi seluruh aspek, mulai dari aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, bisa diterapkan dengan mudah dan harus saling berkaitan dengan permasalahan yang dihadaai oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi tersebut sudah pasti bisa menjadi konteks bagi peserta didik dalam belajar sehingga bisa berpikir secara kritis, mampu memecahkan masalah, dan mendapat pengetahuan. Akan tetapi, permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik biasanya tidak terstruktur dengan baik bahkan mereka tidak menyadari bahwa ternyata permasalahan tersebut bisa saja dijadikan sebagai bahan dalam membangun pengetahuannya. Pembelajaran berbasis masalah saat melaksanakan pembelajaran IPS sangat memungkinkan peserta didik untuk mengumpulkan, mengintegrasikan dan menerapkan pengetahuan baru degan melalui permasalahan yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu, dibutuhkan pengembangan sumber belajar yang berupa bahan ajar dengan basis masalah saat proses pembelajaran IPS yang bisa memungkinkan peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pengembangan sumber belajar ini bisa berupa paket pembelajaran yang tersusun secara sistemik dan sistmatis karena divalidasi oleh para expert, evaluasi secara one to one, small group, dan field test.
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPS adalah sebuah proses yang dibuat dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang dapat memungkinkan peserta didik melakukan kegiatan belajar IPS, sehingga pemahaman mengenai berbagai konsep atau prinsip bisa dipelajari dengan baik oleh peserta didik. Saat melakukan praktik pembelajaran Kurikulum 2013 yang telah dilakukan oleh penulis selama ini, penulis hanya menggunakan buku siswa dan buku guru. Penulis sangat menyakini bahwa kedua buku tersebut sudah sesuai dan tepat untuk digunakan di kelas. Hal ini karena kedua buku tersebut diterbitkan secara langsung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun meskipun demikian, dalam praktik secara langsung ternyata penulis mendapat banyak kesulitan seperti misalnya materi dan tugas yang tidak sesuai dengan latar belakang peserta didik. Bahkan penulis masih fokus dalam pengusaan pengetahuan kognitif yang lebih mengutamakan hafalan materi. Sehingga proses berpikir peserta didik masih berada pada level mengingat (C1), memahami (C2), dan aplikasi (C3). Pendidik sama sekali tidak pernah melakukan proses pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS atau Higher Order Thinking Skills). Disamping itu, penulis juga tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Dampaknya adalah suasana pembelajaran yang dilakukan di kelas akan terkesan sangat membosankan, kaku, dan anak-anak menjadi tidak bersemangat.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh peserta didik maka didapat informasi bahwa (a) peserta didik malas untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah (b) tidak hanya ceramah, metode yang sering digunakan oleh para guru adalah memberikan banyak tugas atau pekerjaan rumah (PR). Hal ini membuat peserta didik menyalin jawaban dari teks ataupun mencontoh jawaban dari temannya jika mendapat tugas dari guru.
Saat menghadapi era Revolusi Industri 4.0, peserta didik harus mendapat bekal keterampilan berpikir dengan tingkat tinggi (higher order thinking skills). Model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan direkomendasikan pada implementasi Kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran yang berbasis masalah Problem Based Learning. Pengertian Problem Learning sendiri adalah model pembelajaran yang mengutaman strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata untuk dijadikan sebagai konteks siswa untuk belajar mengenai cara berpikir secara kritis dan mampu memecahkan masalah, serta untuk mendapat pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang telah dipelajarinya.
Dalam Problem Based Learning ini peserta didik diharuskan mampu untuk mengatasi semua permasalahan nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual). Dapat dikatakan bahwa Problem Based Learning mengajarkan peserta didik supaya bisa berpikir secara kritis dan analitis, serta mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Jika sudah melakukan pembelajaran IPS dengan model Probel Based Learning, penulis menemukan bahwa proses dan hasil belajar yang didapat oleh peserta didik mengalami peningkatan. Jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran yang sebelumnya. Apabila model Probelm Based Learning ini digunakan pada kelas VII yang lain ternyata untuk proses dan hasil belajar yang didapat peserta didik juga sama baiknya. Praktik pembelajaran Problem Based Learning yang telah berhasil dilakukan ini disimpulkan sebagai best practice atau praktik pembelajaran yang berorientasi HOTS dengan menggunakan model Probel Based Learning.
B. JENIS KEGIATAN
Kegiatan yang ada pada laporan best practice merupakan kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS kelas VIII pada Kompetensi Dasar Interaksi Social.
C. MANFAAT KEGIATAN
Manfaat dalam penyusunan best practice ini adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik saat melaksanaan proses pembelajaran IPS kelas VII pada Kompetensi Dasar Mengidentifikasi interaksi sosial pada ruang dan pengaruhnya pada kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya pada nilai dan norma serta kelembagaan sosial budaya yang berorientasi HOTS (higher order thinking skills).
Baca juga: Contoh Laporan Best Practice Untuk Guru
Bagi Bapak/Ibu guru yang ingin mendapatkan contoh best practice PKP MAPEL IPS maka bisa Anda dapatkan disini. File contoh best practice ini bisa Anda dapatkan secara mudah dengan cara klik melalui tautan yang telah kami sematkan pada link berikut ini.
File Best Practice PKP MAPEL IPS SMP (1) – Download
File Best Practice PKP MAPEL IPS SMP (2) – Download
Best Practice Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi – Download